Senin, 02 April 2012

ANALISIS IDEOLOGI CERPEN “PELAJARAN MENGARANG” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA


ANALISIS IDEOLOGI CERPEN “PELAJARAN MENGARANG” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA




Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Telaah Prosa yang dibina oleh Dr. Abdurahman, M.Pd

 


Oleh
Inong Elistia
54445/2010
Reguler A









Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
Padang
2012

1.    Teori Ideologi
Salah satu unsur sosial budaya yang sangat penting adalah ideologi. Ideologi adalah keseluruhan gagasan, kepercayaan, dan doktrin milik suatu zaman, suatu kelompok, atau suatu kelas dalam masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ideologi adalah himpunan nilai, ide norma, kepercayaan, keyakinan, yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap keyakinan dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politisnya. Sementara itu, menurut Van Zoest menyatakan bahwa setiap ideologi terikat pada budaya. Siapapun yang mempelajari suatu budaya, maka ia berurusan dengan ideologi. Dan siapapun yang mempelajari ideologi maka ia harus memperhatikan budayanya. Mencari titik tolak ideologis dalam ungkapan budaya merupakan pekerjaan yang penting. Ideologi mengarahkan budaya. Ideologilah yang akhirnya menentukan visi atau pandangan suatu kelompok budaya terhadapa kenyataan. Dengan mengenali ideologinya, kita akan memahami suatu kelompok budaya secara baik.
Dalam ideologi, terkandung makna keseluruhan gagasan, himpunan nilai, keterkaitan sejumlah asumsi. Selain itu, ideologi adalah gagasan yang dikembangkan seorang tokoh pada tokoh lainnya atau dari pengarang kepada pembacanya. Untuk menemukan ideologi, peneliti perlu memperhatikan repetisi yang ada dalam teks. Teori ideologi dapat diterapkan pad novel, cerpen, drama, dan puisi bahkan juga pada teks-teks nonsastra.
2.    Analisis Ideologi Cerpen “Pelajaran Mengarang” Karya Seno Gumira Ajidarma
Sebagaimana yang telah dikemukan di bahagian teori ideologi sebelumnya bahwa ideologi adalah himpunan nilai, ide, norma, keprcayaan, keyakinan (waltanshauung) yang dimiliki seseorang atau kelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politisnya (KBBI). Jelas dalam analisis ini mengangkat tema tentang konflik bathin seorang anak kepada orang disekitarnya, baik kepada Ibu Guru Tati, maupun kepada Mamanya, kepeda mami.
Pertentangan ideologi yang jelas terlihat antara kekuatan dari Sandra yang dikekang tidak diberikan kebebasan untuk mengarang. Alasannya, ibu guru tati sudah menentukan tema yaitu.
“Pelajaran mengarang sudah dimulai”.
“Kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati”.
“Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
 Sehingga, dengan diberikan tema yang sudah ditentukan oleh ibu guru tati, sandra merasakan kejanggalan dalam dirinya karena tidak satu pun judul yang cocok dengan kondisi yang dialami oleh sandra saat ini. Sandra merasa tidak memiliki imajinasi maupun membayangkan apa yang bisa di karang di tema yang diberikan, sehingga dua puluh menit berlalu pelajaran mengarang sandra belum berhasil menuliskan apa-apa. Sandra hanya bisa bermenung, hanya bisa melamun. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dibawah ini.
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”

Selanjutnya, pertentang ideologi juga terjadi antara sandra dengan mamanya. Sandra merasakan ketidaknyamanan saat melihat mamanya yang sibuk dengan hari-harinya. Bathin sandra menginginkan perhatian dan kasih sayang dari mamanya. Sementara mama sandra sibuk dengan urusan kerjanya, entah apa pasti pekerjaan mama, sandra tidak pernah tahu. Walaupun kadang-kadang mama mengajak sandra untuk makan es krim. Pertentang bathin juga terjadi antara sandra pergi bekerja keluar kota. Hal ini dapt dibuktikan melalui kutipan dibawah ini.
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.
Walaupun begitu mama sandra tetap memperhatikan sandra kadang sebelum tidur mamanya membacakan dongeng sebelum tidur kepada sandra. Sandra selalu berpikiran positif kalau mamanya mencintainya. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan di bawah ini.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seperti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
Selain itu pertentangan antara sandra dan mamanya berlanjut kembali saat pager mamanya berbunyi apabila  mamanya sedang berias maka mamanya menyuruh sandra untuk membacakan pesan yang ada di pager tersebut disaat sandra membaca itulah dia Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan membacakannya.
DITUNGGU DI MANDARIN
KAMAR: 505, PKL 20.00
Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
Bukan hanya itu konflik bathin sandra kembali terjadi antara sandra dan bu guru tati karena masih belum membuat tugas setelah empat puluh menit berlalu. Yang ada dalam bayangan sandra hanyalah saat dia dipindahkan kebawah ranjang saat tamu ibunya datang. Yang menjadi konflik batih yang mendalam saat sandra membuat dalam karangannya tersebut kalu ibunya seorang seorang pelacur.
“Empat puluh menit lewat sudah.
“Yang sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu guru Tati.
Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang terlalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas.
Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.
“Kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.
Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya berbisik
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:
Ibuku seorang pelacur…   
Jadi apat disimpulkan dalam cerpen “Pelajaran Mengarang” ini pertentangan antara Sandra dan mamanya sangat jelas karena sandra tidak mendapat perhatian yang cukup. Karena mama sandra selalu sibuk dengan urusannya dengan pelanggan serta dengan kepuasan pribadinya.pertentangan antara sandra dan bu guru tati adalah bu guru tati selalu berpendapat kalu masa kecil anak-anak seperti sandra dilalui dengan bahagia,sedangkan yang dialami sandra adalah hal yang sebaliknya,sandra telah merasakan pahit,manisnya kehidupan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar