ANALISIS IDEOLOGI CERPEN “PELAJARAN
MENGARANG” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Telaah Prosa yang dibina oleh
Dr. Abdurahman, M.Pd
Oleh
Inong Elistia
54445/2010
Reguler A
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
Padang
2012
1.
Teori
Ideologi
Salah
satu unsur sosial budaya yang sangat penting adalah ideologi. Ideologi adalah
keseluruhan gagasan, kepercayaan, dan doktrin milik suatu zaman, suatu
kelompok, atau suatu kelas dalam masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ideologi adalah himpunan nilai, ide norma, kepercayaan, keyakinan, yang
dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam
menentukan sikap terhadap keyakinan dan problem politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politisnya. Sementara itu, menurut Van Zoest
menyatakan bahwa setiap ideologi terikat pada budaya. Siapapun yang mempelajari
suatu budaya, maka ia berurusan dengan ideologi. Dan siapapun yang mempelajari
ideologi maka ia harus memperhatikan budayanya. Mencari titik tolak ideologis
dalam ungkapan budaya merupakan pekerjaan yang penting. Ideologi mengarahkan
budaya. Ideologilah yang akhirnya menentukan visi atau pandangan suatu kelompok
budaya terhadapa kenyataan. Dengan mengenali ideologinya, kita akan memahami
suatu kelompok budaya secara baik.
Dalam
ideologi, terkandung makna keseluruhan gagasan, himpunan nilai, keterkaitan
sejumlah asumsi. Selain itu, ideologi adalah gagasan yang dikembangkan seorang
tokoh pada tokoh lainnya atau dari pengarang kepada pembacanya. Untuk menemukan
ideologi, peneliti perlu memperhatikan repetisi yang ada dalam teks. Teori
ideologi dapat diterapkan pad novel, cerpen, drama, dan puisi bahkan juga pada
teks-teks nonsastra.
2.
Analisis
Ideologi Cerpen “Pelajaran Mengarang” Karya Seno Gumira Ajidarma
Sebagaimana
yang telah dikemukan di bahagian teori ideologi sebelumnya bahwa ideologi
adalah himpunan nilai, ide, norma, keprcayaan, keyakinan (waltanshauung) yang dimiliki seseorang atau kelompok orang yang
menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang
dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politisnya (KBBI). Jelas dalam
analisis ini mengangkat tema tentang konflik bathin seorang anak kepada orang
disekitarnya, baik kepada Ibu Guru Tati, maupun kepada Mamanya, kepeda mami.
Pertentangan
ideologi yang jelas terlihat antara kekuatan dari Sandra yang dikekang tidak
diberikan kebebasan untuk mengarang. Alasannya, ibu guru tati sudah menentukan
tema yaitu.
“Pelajaran mengarang sudah dimulai”.
“Kalian punya waktu 60 menit”, ujar
Ibu Guru Tati”.
“Anak-anak kelas V menulis dengan
kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang
ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul
kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
Sehingga, dengan diberikan tema yang sudah
ditentukan oleh ibu guru tati, sandra merasakan kejanggalan dalam dirinya
karena tidak satu pun judul yang cocok dengan kondisi yang dialami oleh sandra
saat ini. Sandra merasa tidak memiliki imajinasi maupun membayangkan apa yang
bisa di karang di tema yang diberikan, sehingga dua puluh menit berlalu
pelajaran mengarang sandra belum berhasil menuliskan apa-apa. Sandra hanya bisa
bermenung, hanya bisa melamun. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dibawah
ini.
Lima belas menit telah berlalu.
Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang
berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi,
tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu!
Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang?
Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang
pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru
Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang
mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah
gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita
dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba
tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada
alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu
kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang
kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Selanjutnya,
pertentang ideologi juga terjadi antara sandra dengan mamanya. Sandra merasakan
ketidaknyamanan saat melihat mamanya yang sibuk dengan hari-harinya. Bathin
sandra menginginkan perhatian dan kasih sayang dari mamanya. Sementara mama
sandra sibuk dengan urusan kerjanya, entah apa pasti pekerjaan mama, sandra
tidak pernah tahu. Walaupun kadang-kadang mama mengajak sandra untuk makan es
krim. Pertentang bathin juga terjadi antara sandra pergi bekerja keluar kota.
Hal ini dapt dibuktikan melalui kutipan dibawah ini.
Sampai sekarang Sandra tidak
mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah
lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak
mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar
jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan
sayap yang anggun.
Walaupun begitu mama sandra tetap
memperhatikan sandra kadang sebelum tidur mamanya membacakan dongeng sebelum
tidur kepada sandra. Sandra selalu berpikiran positif kalau mamanya
mencintainya. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan di bawah ini.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu
mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza
ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim,
kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu
menatapnya dengan penuh cinta dan seperti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu
melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita
itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan
gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium
Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
Selain itu
pertentangan antara sandra dan mamanya berlanjut kembali saat pager mamanya berbunyi apabila mamanya sedang berias maka mamanya menyuruh
sandra untuk membacakan pesan yang ada di pager
tersebut disaat sandra membaca itulah dia Sandra tahu, setiap kali pager ini
menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang
terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau
sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah ,
ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
Tentu saja Sandra selalu ingat apa
yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang
merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan
membacakannya.
DITUNGGU DI MANDARIN
KAMAR: 505, PKL 20.00
Sandra tahu, setiap kali pager ini
menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang
terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau
sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah ,
ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
Bukan hanya itu konflik bathin
sandra kembali terjadi antara sandra dan bu guru tati karena masih belum
membuat tugas setelah empat puluh menit berlalu. Yang ada dalam bayangan sandra
hanyalah saat dia dipindahkan kebawah ranjang saat tamu ibunya datang. Yang
menjadi konflik batih yang mendalam saat sandra membuat dalam karangannya
tersebut kalu ibunya seorang seorang pelacur.
“Empat puluh menit lewat sudah.
“Yang sudah selesai boleh
dikumpulkan,” kata Ibu guru Tati.
Belum ada secoret kata pun di kertas
Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai
hari itu belum mempunyai persoalan yang terlalu berarti dalam hidupnya menulis
dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya
segera berlari keluar kelas.
Sandra belum tahu judul apa yang
harus ditulisnya.
“Kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu
Guru Tati tiba-tiba bertanya.
Sandra tidak menjawab. Ia mulai
menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama,
Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya
berbisik
Ia memang belum sampai pada karangan
Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:
Ibuku seorang
pelacur…
Jadi
apat disimpulkan dalam cerpen “Pelajaran Mengarang” ini pertentangan antara
Sandra dan mamanya sangat jelas karena sandra tidak mendapat perhatian yang
cukup. Karena mama sandra selalu sibuk dengan urusannya dengan pelanggan serta
dengan kepuasan pribadinya.pertentangan antara sandra dan bu guru tati adalah bu
guru tati selalu berpendapat kalu masa kecil anak-anak seperti sandra dilalui
dengan bahagia,sedangkan yang dialami sandra adalah hal yang sebaliknya,sandra
telah merasakan pahit,manisnya kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar