Senin, 26 Maret 2012

feature


Feature                                                                                                               
KEINDAHAN YANG TAK TERLUPAKAN, NGARAI SIANOK

Inong Elistia
54445/2010

Kalau jalan-jalan ke Bukittinggi tak lengkap rasanya tanpa melihat indahnya perbukitan dan lembah Ngarai Sianok. Ngarai Sianok bisa di tempuh dengan waktu 2 jam perjalan dari Padang. Perjalanan ini dimulai dari Padang kami naik  ANS dari simpang Labor karena terminal 2 disana. Perjalanan tersebut berhenti di Pasa Aua, karena tujuan kami Hendak ke Ngarai Sianok Kami naik angkutan kota dan sampailah ditujuan. Tidak puas dengan itu saja kami melanjutkan perjalanan. Kata orang-orang lembah yang dalam jurangnya sekitar 100 m inilah yang menggoda kami berbelok dari Jalan Panorama menukik turun ke dasar Ngarai Sianok. Ngarai Sianok merupakan patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko).
 Patahan ini membentuk dinding curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah hijau, hasil gerakan turun kulit bumi (sinklinal) yang dialiri Batang (sungai, dalam bahasa Minangkabau) Sianok. Dalam perjalanan ini kami melihat betapa indahnya ciptaan tuhan. Dengan bikit-bukit yang mengintar di sepanjang perjalan. Selain itu di sana juga ada hamparan sawah dekat dengan perumahan penduduk. Hamparan tersebut tidak hanya dapat menarik hati tapi dapat menenangkan pikiran. Ngarai Sianaok yang membentang di sepanjang perjalanan tak lengkap kalau kita hanya melihatnya saja melainkan kita dapat mengabadikaanya.
 Tak terasa hari mulai siang dalam perjalanan kami merasakan lapar yang amat sangat karena dari pagi kami masih belum makan. Kami pun menacari Bebek Lado hijau yang berada dibawah lembah tersebut. Bebek tersebut seharga Rp.75.000 bebek tersebut disajikan utuh beserta kepalanya.  Makanan tersebut sangat enak dan utuh disajikan lengkap dengan nasi. Setelah kenyang kami melanjutkan perjalanan kembali mengintari lembah yang dalam dan indah tersebut untuk kembali ke Panorama karena kata orang-orang disana kita dapat melihat Ngarai Sianok dengan pesonanya pohon-pohon yang hijau beserta kesejukannya.beserta sovenir yang terdapat disana mulai dari lukisan, tas, gantungan kunci dll.
Ada hal yang menyebabkan kami tak lupa akan Ngarai tersebut. Di ujung pusat cendera mata ini kita bisa menemukan tower pengamat yang tingginya kira-kira 8 meter. Kami belum tau apa kegunaan tower ini, mungkinkah hanya tempat untuk memandang Ngarai Sianok dari atas saja . Karena tertarik ingin melihat pemandangan lebih bagus lagi kami melupakan ada seekor monyet yang berusaha mengambil tas salah seorang diantara kami. Teman kami pun berusaha menarik tasnya untuk kembali ke tangannya. Namun karena monyet itu sangat kelaparan dan berani, dia tetap mempertahankan tas tersebut yang ternyata diincar oleh menyet tersebut roti yang ada di dalam tas teman kami. Dengan memberanikan diri dia maju dan merebut kembali tasnya dari tangan monyet dan memberikan roti tersebut. Dengan geram teman saya berkata “dasar monyet, ga tau apa ini cadangan aku di jalan” dengan muka masam teman kami tersebut pergi meninggalkan kami membeli roti baru.
 Selain itu menurut cerita yang beredar lembah ini bukan sekadar objek wisata. Keindahannya menyimpan pahit getir dan penderitaan para pejuang. Salah satunya, Lubang Jepang, maaf kami sedikit membawa tentang lorong bawah tanah pada masa penjajahan Jepang digunakan sebagai pertahanan bawah tanah. Lorong ini berada di dasar Ngarai Sianok, sekitar 40 meter di bawah tanah
.Lubang ini didirikan pada 1942-1945 oleh penduduk-penduduk setempat. Semuanya dikerjakan secara paksa oleh tentara Jepang tanpa kenal ampun .Di dalam lorong bawah tanah, terdapat 21 lorong kecil. Di antaranya ada lorong penyimpanan amunisi, dapur, penjara, ruang sidang, ruang penyiksaan, tempat pengintaian, tempat penyergapan, dan pintu pelarian. Sehingga maklum kiranya jika di dalam akan terasa panas, lembab, dan sesak. Penasaran ingin ke sana atau dihitung dari permukaan tanah Taman Panorama.
 Orang-orang yang ingin lebih tahu lagi tentang batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir. Tak puas berjalan dengan kano kami memeutuskan kembali ke panorama.
Taman Panoramanya sendiri masih cukup terawat, cukup bersih. hanya saja cat pada pagar dan railingnya kelihatan sudah mulai kusam dan tidak terpelihara lagi. Tapi semuanya tidak bisa mengalahkan keindahan pemandangan Ngarai ini. Oh ya, beberapa sisi tebing Ngarai juga mengalami longsor, diakibatkan gempa Sumbar yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Saat kami ke sana, sisa-sisa efek gempa masih terlihat. Dengan bertambah curamnya tebing Ngarai tersebut. Tapi tetap saja minat pengunjung tidak berkurang dalam melihat indahnya pemandangan Ngarai tersebut. Hari pun mulai sore kami kembali lagi ke kampung halaman berkejar dengan waktu melakukan rutinitas kami kuliah !!! Hal ini dapat dilihat melalui foto-foto dibawah ini.













hmmm

hy.. kenalkan nama saya inong elistia,,, senang berkenalan dengan anda..