Analisisis
Novel Pengakuan Pariyem
diajukan
untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah kritik sastra yang dibina oleh
Zulfadhli, M.Pd.
Oleh
Inong
Elistia
54445/2010
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
PADANG
2012
Analisis
Novel Pengakuan Pariyem
1.
Penokohan
Tokoh
utama dalam novel “Pengakuan pariyem ini adalah periyem yang biasa di panggil
Iyem. Dalam Novel ini diceritakan kalau Iyem seorang yang gesit sebagai dalam
bekerja.Iyem berusia 25 tahun yang bernama lengkap Maria Magdalena pariyem yang
berprofesi sebagai babu nDalem Suryomentaraman. Dalam novel ini sifat pariyem
lugu, penurut, patuh,mengerti akan karma dan jujur .Hal ini dapat dibuktikan
pada kutipan dibawah ini.
Pariyem, nama saya
lahir di wonosari gunung kidul pulau
jawa
tapi kerja di kota pedalaman
ngayogyakarta
umur saya 25 tahun.(hal. 1)
Ya,ya pariyem saya,
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya, dari
wonosari gunung kidul
sebagai
babu ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem
suryomentaraman ngayogyakarta.( hal. 29)
Untuk mengaku
pada sembarang orang
ah, ya, mana
saya sudi?
“sedang saya
pantang dusta
bila saya dusta pada orang lain
orang lain akan dusta sama saya
-saya kuwalat
saya kena hukum karma namanya(hal. 59-60)
Dapat
dilihat pada kutipan diatas kalau pariyem itu adalah wanita yang sangat patuh
kepada aturan dapat dilihat pada kutipan dia atas selain kejujuran, keluguan
juga pariyem mengerti akan adanya hukum karma yang berlaku apabila kita melangkahinya.
Dalam
pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai bapak Pariyem yang seorang dpemain
Ketoprak yang ulung terkenal di kampung maupun di luar kampung. Bukan hanya itu
paguyuban ketoprak bapak Pariyem laris hingga sampai keluar wilayah istimewa
Ngayogyakarta bernama Karso Suwito nama tuanya Gonjing nama panggilannya.
Sedangkan Ibu(Simbok) Pariyem adalah
seorang penari dalam Persidhenan bernama Parjinah nama kecilnya dan Jinah nama
panggilannya, namun dalam dunia persindenan julukannya Niken Madu Kenter. Dapat
ditangkap dalam cerita tersebut kalau ibu dan ayah pariyem ini adalah seorang
rebutan dalam kesehariannya karena Ibu dan Ayah pariyem adalah seorang yang
cantik dan gagah. Hal ini dapat di buktikan pada kutipan di bawah ini.
pada zaman sebelum G-30-S/PKI
bapak saya
pemain ketoprak ulung
Suwto nama kecilnya Karso Suwito nama tuanya
Gonjing Nama Panggilannya
Paguyuban ketoprak bapak laris banget lho...........
..................Bapak saya biasa berperan Bambangan
Banyak benar wanita kepencut sama bapak saya
Apalagi bila dia sudah gandrung-ura-ura-
Semua penonton terharu hilang kata.............(hal.24)
Sedang
simbok saya jadi ledhek
Parjinah nama kecilnya
jinah panggilannya
tapi di jagad pesindhenan
Niken Madu Kenter julukannya.........
.........komplot ledhek yang berusia sebaya dengan
simbok
adalah bintang primadonanya
bila sudag ngibing, mas---wuah---- pak Lurah, pak
Mantri,
pak Camat
bahkan pak Wedana dan pak Bupati naik turun kala menjingnya.....
.........denagn sabar menunngu giliran apabila hari
larut malam.
(hal.24-25)
Dalam
pembuktian di atas dapat dilihat kalau ibu dan ayah pariyem ini adalah orang
yang telah terbiasa dengan dunia hiburan seperti ketoprak dan persindhenan sudah akrab bagi orang tua
Priyem hidup dalam dunia yang penuh kekelaman dan pada golongan bawah. Dalam
cerita tersebut walaupun ayah dan ibu pariyem adalah orang yang terkenal di
bidangnya namun tidak dapat menandingi pariyam yang mampu menarik perhatian
putra nDalem Suryomentaraman.
Dalam
novel ini juga terdapat seorang tokoh yang dipercayai Pariyem yaitu mas paiman
dalam novel ini mas Paimanlah yang tahu tentang isi hati dan rahsia
priyem,karena dalam cerita ini mas Paiman adalah seorang pendengar yang baik
dia tidak mau mengaku kepada Pastor ataupun yang lain Iyem lebih percaya kepada
orang yang di cintainya yaitu Paiman. Iyem tidak berbagi cerita kepada orang
lain. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dibawah ini.
“ Tapi bagaimana asaya menbus rasa malu ?
Orang khatolik menebus rasa dosanya
Dalam pengakuan
di kamar bithen---
Lewat pastor........................
Orang Islam menmbus salahnya dalam halal
bihalal
Waktu Lebaran........................
Tapi , saya ? O, bagaimanakah saya?
Saya tak
mengaku kepada siapa-siapa
saya mengaku kepada
mas Paiman kok
saya mengaku
kepada sampeyan saja
dan tidak
menangaku kepada orang lain.
O, saya mengaku kepada seorang yang saya tresnani
saja
dan tidak
kepada sembarang orang.(hal 57)
dari
kutipan diatas dapat dilihat kalau orang yang paling dipercaya Pariyem adalah
oarang yang dicintainya Paiman mengalahkan semua aturan tuhan dan hukuman yang
ada lebih mempercayai manusia kebanding tuhan yang menciptanya. Dalam kutipan
diatas juga dapat dilihat kalau Paiman lah orang yang dicintainuya saat itu,
walaupu Paiman hanya mendengarkan curahan hati Pariyem.
Setelah
kita membahas tentang Keluarga Pariyem saatnya kita kembali ke nDalem Suryo
mentaraman. nDoro Kanjeng Cokro Sentono majikan Pariyem dalam cerita tersebut
nDoro Kanjeng bukanlah seorang yang melihat orang lain sesuai kedudukan.
Walaupun nDoro Kanjeng tersebut adalah seorang yang berpangkat. Sekarang dia
menjadi dosen Pekerjaan sebagai dosen di Fakultas Sastra dan Kebudayaan
Universitas Gajah Mada dan Universitas Sebelas Maret Solo, juga sebagai ketua
Dewan Film Nasional, direktur pusat pendidikan dan kebudayaan Indonesia dan
sebagai pembantu rektor bidang pasar seni Universitas Gajah Mada. Kutipan yang
menguatkan kutipan ini adalah:
Iyem panggilan sehari-harinya
dari wonosari gunung kidul
sebagai babu Ndoro
Kanjeng Cokro Sentono
di ndalem
suryamentaraman ngayogyakarta. (hal. 33)
Kini dia menjadi dosen di Ngayogyakarta
fakultas sastra dan kebudyaan
universitas
gajah mada dan fakultas sastra dan budaya
universitas
sebelas maret solo
Sebagai ketua
dewan filem nasional markasnya dikuningan, Betawi
Sebagai
direktur pusat pendidikan dan
penelitian kebudayaan indonesia
universitas
gajah mada.
Sebagai
pembantu rektor
bidang pasar
seni universitas gajah mada.
Selebihnya masih banyak
Tapi O, Allah, saya lupa
“apa artinya jabatan,” ujar nDoro Kanjeng
“ bila manusia kehilangan kemanusiaannya?”
bukankah yang penting-demikian saya-
ndoro kanjeng dekat dengan hati kita?
Orang kita
tak biasa diperhitungkan
tapi menjadi
sangga kehidupan (hal.68)
Dari kutipan di atas dapat dilihat
kalau nDoro kanjeng adalah seorang yang tidak pernah memandang orang lain
sesuai dengan status sosialnya walaupun nDoro kanjeng adalah orang yang
memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi.
nDoro Kanjeng memiliki sepasang anak
yang tertua bernama Raden Bagus Aryo Atmojo adalah anak laki dari Cokro
Sentono. Seorang mahasiswa yang kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada,
seorang yang menawan, mempesona yang sehari-harinya gemar merokok dan suka
bermain cinta dengan pembantunya sendiri yaitu Pariyem. Dan anak kedua nDoro
Kanjeng adalah Ndoro Putri Wiwit Setyowati adalah anak dari Raden Cokro Sentono
dan Raden Ayu Cahya Wulaningsih, serta adik dari Raden Bagus Aryo Atmojo. Dia
adalah seorang yang sensitif dan centil, suka bercanda dengan pariyem, kacau
dengan penampilan namun pandai menari. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan
dobawah ini.
Ah ya, raden bagus aryo atmojo
begitu bila
ndoro ayu bercerita
pada para tamu yang sowan ke ndalemnya
dia kuliah di
fakultas filsafat
universitas
gajah mada
saban hari ke
bulak sumur
ngangsu ngelmu pada para dosen
di kamarnya,
penuh buku-buku asing
yang mosak
msik dan apek bau tembakau
.memang dia gemar ngerokok jarum 76, kok
sehari dua
pak sampai tiga pak itu biasa
Tapi dia tak
karem makan bakmi dan bakso
tapi tongseng
dan nasi goreng, ojo takon
-karemnya luar biasa, tak ketulungan
sebanding dia
karem menggauli saya.(hal. 41)
(nDoro putri
wiwit setiyo wati)
Lha iya ndoro putri wiwit setiyo wati
wiwit itu
panggilan sehari-harinya
Chentil, ya
chentil parabannya
Dia adik
kandung raden bagus aryo atmojo
Memang
keluarga kanjeng cokro sentono
hanya empat
orang jumlahnya ndoro kanjeng, ndoro ayu
Putranya dua:
kakung dan putri (hal.134)
“Lha dia sinau di Sarjana Wiyata
Sore hari sinau joget di Suryobrantan
Seminggu sepisan mengajarbocah-bocah
Beksan di nDalem Pendhopo Taman Siswa.......
..........(hal 136)
Lha iya ndoro wiwit setyowati
tapi bila kecenthok sama siapapun
ndoro putri
kumat galaknya, lho
Apalagi bila
kumat nakalnya
-tindak tanduknya ugal-ugalan
pakaiannya
diecer-ecer di lantai
dan di kamar
dia telanjang
Sahabat karibnya banyak sekali
tapi dia
masih mboken-boken lho
Rada gembeng,
gampang menangis.(hal 138).
“apabila nDoro putri latihan
Dia sendirian di nDalem Pendopho diiringi gamelan
dan kaset
suaranya
mengalun menjelajah ruang
alangkah mengagumkan dia!
Lha, pinggulnya mengal-menggol
Laksana menthok berjalan
Sekali dia jingkrak-jingkrak
Laksana orang kesurupan........
....Apalagi, bila njogety bedhaya
Alangkah nlentheng dia---santai-
Laksana aliran air sungai (hal 154-155)
Dari dua kutipan diatas dapat
dilihat kalau Den Bagus menyukai Pariyem babunya sendiri sehingga menyebabkan
mereka sering bercinta karena rasa cinta. Sedangkan Wiwit Setyowati adalah
sosok yang masih kanak-kanak dan manja ,penangis namun saat marah dapat
mengamuk tanpa arah. Emosinya masih tak terkendali masih meledak-ledak.
Raden
Ayu Cahya Wulaningsih adalah istri dari
Ndoro Kanjeng Cokro Sentono serta ibu dari Bagus Aryo Atmojo dan Wiwit
Setiyowati. Yang wataknya lemah lembut, bersahaja dan luwes. Pernyatan ini
dapat dibuktikan dengan kutipan berikut ini:
Ya,
ya raden ayu cahya wulaningsih
cahya wulaningsih nama timurnya
sedangkan raden ayu julukannya
Dan ndoro ayu saya memanggilnya
dia punya katuranggan dewi jembawati
dia sangat luwes dalam berbusana
luwes pula pergaulannya
halus pengucapannya
dan teduh pandangannya
O,
saya krasan dalam kehangatan
kepantesan diperhatikan banget
busananya tak pernah norak,lho
tak pernah suka jor-joran
Apalagi pamer kata harta kekayaan
dia anggap tak punya pekerti
kesahajaan yang di utamakan. (hal.111)
Dari
kutipan di atas terlihat bahwa tokoh ini berkepribadian sangat santun,
bersahaja, tidak sombong, dan rendah hati. Dia juga contoh teladan yang baik
bagi anak-anaknya dan orang-orang disekitarnya.
Tidak
lengkap kiranya kalau kita hanya membahas mengenai Pariyem Tanpa adik-adiknya. Pairin
adalah adik laki laki Pariyem, sedangkan Painem adalah adik perempuan Pariyem,
pekerjaan pairin dalah membuat caping, sedangkan pekerjan painem adalah
membantu simbok jualan di pasar. Pernyataan ini dapat kita buktikan dengan
kutipan berikut ini:
Saya anak tertua mas
Dua adik saya lelaki dan wanita
Pairin mengayan caping di rumah
Painem membantu simbok di pasar.(hal.4)
Dari
kutipan di atas dapat dilihat bahwah pairin dan painem adalah keluarga dari
pariyem, mereka berdua merupakan adik dari pariyem. Yang selalu membantu Simbok
dan bapak dalam mencari nafkah karena setelah bapak dan simbok tidak ada dalam
dunia ketoprak lagi karena terjadi pembunuhan maka keluarga Pariyem menjadi
petani di wonosari Gunung Kidul.
2.
Alur
Alur
dalam novel “Pengakuan Priyem” adalah alur maju karena disana menceritakan pada
saat pertama kali Pariyem dilahirkan(awal), Saat Pariyem bekerja di nDalem
Suryomentaraman sampai pad saat Priyem melakukan Hubungan dengan Den Baguse(tengah),
Sampai pada saat Pariyem melahirkan anaknya(akhir).hal itu dapat kita temui
saat membaca novel ini dari awal sampai akhir. Hal tersebut dapat dibuktikan
melalui kutipan dibawah ini.
(awal)
Pariyem nama saya
lahir di
wonosari gunung kidul pulau jawa
tapi kerja di kota pedalaman ngayogyakarta
umur saya 25
tahun.(hal. 1)
Ya,ya pariyem saya
maria
magdalena pariyem lengkapnya
“iyem”
panggilan sehari-harinya
dari wonosari
gunung kidul
sebagai babu
ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem
suryomentaraman ngayogyakarta.( hal. 29)
(tengah)
Pariyem saya
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya
dari wonosari gunung kidul
sebagai babu
ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem suryomentaraman
ngayogyakarta
kini memerawani putra sulungnya
raden Bagus Aryo atmojo namanya
saya ajar bermain Asmara.(hal.40)
O, allah inilah saatnya kini
pengadilan keluarga berlangsung
berdasarkan hukum keluarga hakim
merangkap jaksa
ndoro kanjeng cokro sentono
ndoro ayu dan ndoro putri
bertindak sebagai pembela
sedang den baguse dan saya
sebagai orang tertuduh.(hal. 186)
(akhir)
Ya,ya pariyem saya
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya
dari wonosari gunung kidul
sebagai babu
ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem suryomentaraman
ngayogyakarta
tata lahirnya
saya hanya babu
tapi batinnya
saya putri mantu.(hal. 205-206)
dari
kutipan diatas dapat dilihat kalau pengarang menceritakan ceritanya dari awal
sampai akhir pada saat Pariyem dilahirkan samapai pada saat Pariyem mengandung
anak Den Baguse. Samapai pada saat
pariyem melahirkan anak dan menjadi selir Den Baguse. Pariyem menjadi Ibu dari
Cucu Raden Cokro Sentono.
3.
Latar
Waktu
terjadinya peristiwa apada novel ini adalah pada saat. Dimana peristiwa itu
berlangsung dan kapan tanggal kejadiannya kita dapat menebak-nebak kejadian
tersebut dengan memahami isi novel ini, atau mendapatkannya sendiri. Latar
tempat pada novel ini adalah Wonosari Gunung Kidul, nDalem suryomentaraman
nGayokyakarta. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan di bawah ini.
Pariyem nama saya
lahir di
wonosari gunung kidul pulau jawa
tapi kerja di
kota pedalaman ngayogyakarta.(hal. 1)
Ya,ya pariyem saya
maria
magdalena pariyem lengkapnya
“iyem”
panggilan sehari-harinya
dari wonosari
gunung kidul
sebagai babu
ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem
suryomentaraman ngayogyakarta.( hal. 29)
“dusun Karang kami lewati
dusun Wonosari ada di depan
kami menempuh
bulak, gliyak-gliyak.(hal.81)
latar
waktu dalam novel ini adalah kira-kira pada tahun 1970-anhingga tahun 1980-an,
selain itu novel ini diterbitkan pada tahun 1981. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya radio, mobil mobil, colt pelat kuning buatan Jepang, dan Hartop hijau dari Jepang.
Ha, kalau numpak sepeda motor yamaha
ngebut banternya luar biasa,
Apalagi kalau knalpotnya dicopot
ngebut banternya ’audubillah setan
kebulnya memenuhi jalan raya......
........(hal.42)
Tapi ada poster gelombolan musik rolling stones ....
tapi ada pula poster gerombolan musik ABBA.(99-100).
Dengan radio transitor di meja
yang
membendeng siaran wayang kulit(hal.195)
Esok paginya kami pun berangkat
Satu keluarga lengkap,sudah siap
Kami numpak Hartop hijau dari Jepang
Meninngalkan nDalem Suryomentaraman(hal 195)
Sedang saya kadang datang sendirian pula
numpak colt
pelat-kuning buatan jepang.
Tapi bukan tidak jarang saya berduaan
Saya numpak Hartop Hijau dari Jepang..........
(hal.231)
Dari
kutipan diatas telah dibuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi antara tahun
1970-1980-an. Selain hal tersebut dapat dibuktikan kalau musik dan pertunjukan
wayang masih manjadi pusat pertunjukan karena televisi tidak semua orang yang
mempunyai hal tersebut dan bukan menjadi pusat hiburan pada tahun tersebut.
Latar
suasana pada novel “Pengakuan Pariyem” adalah saat pariyem dilahirkan sampai
besar di Yogyakarta. Budaya yang digunakan pada keluarga Pariyem adalah Budaya
Jawa yang begitu kental dan sangat kental tidak begitu mengikuti zaman. Hal ini
dapat di buktikan dari pernyataaan berikut ini.
Pariyem
nama saya
lahir di wonosari gunung kidul pulau jawa
tapi kerja di kota pedalaman
ngayogyakarta.(hal. 1)
Ya,ya
pariyem saya
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya
dari wonosari gunung kidul
sebagai
babu ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem suryomentaraman ngayogyakarta.( hal.
29)
“dusun
Karang kami lewati
dusun
Wonosari ada di depan
kami menempuh bulak, gliyak-gliyak.(hal.81)
Ya,ya pariyem saya
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya
dari wonosari gunung kidul
sebagai babu
ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem suryomentaraman
ngayogyakarta
tata lahirnya
saya hanya babu
tapi batinnya
saya putri mantu.(hal. 205-206)
Dari
pernyataan di atas dapat dibuktikan kalau suasana kehidupan masyarakat
Yogyakarta adalah seorang yang taat dengan aturan adat jawa yang kentaal namun
mengikuti perkembangan zaman.
4.
Gaya
Bahasa
Gaya
Bahasa pada novel “Pengakuan Pariyem” pada umumnya menggunakan bahasa Jawa
sehingga pembaca yang di luar pulau jawa agak sulit memahaminya. Namun dengan
adanya Daftar Koasa kata Jawa- Indonesia
dapat mempermudah kita dalam memahami bahasa Jawa yang tidak dapat kita
mengerti. Dari segi nama dapat kita lihat kalau nama- nama yang digunakan pada
novel tersebut sangat kental dengan budaya Jawa dari golongan yang tinggi
sampai ke golongan yang rendah.
Pariyem, nama saya
lahir di wonosari gunung kidul pulau
jawa
tapi kerja di kota pedalaman
ngayogyakarta
umur saya 25 tahun.(hal. 1)
Ya,ya pariyem saya,
maria magdalena pariyem lengkapnya
“iyem” panggilan sehari-harinya, dari
wonosari gunung kidul
sebagai
babu ndoro kanjeng cokro sentono
di ndalem
suryomentaraman ngayogyakarta.( hal. 29)
Untuk mengaku
pada sembarang orang
ah, ya, mana
saya sudi?
“sedang saya
pantang dusta
bila saya dusta pada orang lain
orang lain akan dusta sama saya
-saya kuwalat
saya kena hukum karma namanya(hal. 59-60)
Dari
kutipan di atas dapat dilihat kalau novel ini walaupun kita agak susah
memahaminya karena menggunakan bahasa Jawa. Namun saat membaca novel ini kita
tidak bosan karena tulisannya pendek seprti puisi,karena novel ini juga disebut
prosa lirik. Sangat menarik untuk di baca.
5.
Tanggapan
saya tentang Novel “Pengakuan Pariyem”
Sesuai
dengan keunikan dalam novel ini dapat kita lihat menggunakan bahsa Jawa yang
begitu kental, begitupun budaya yang digunakan budaya jawa uang begitu kental
yang bannga akan tradisi nenek moyang mereka. Dalam cerita ini dapat dilihat
dari nama pemain “Pariyem” dilihat dari namanya “Pariyem” atau biasa di panggil
Iyem berasal dari kalangan bawah. Tinggal di Wonosari Gunung Kidul semasa
kecilnya sangat bahagia dan bekrja di nDalem suryomentaraman Yogyakarta. Dari
cerita tersebut dapat mengetahui seluk beluk budaya Jawa lewat keseharian dan
dan penuturan yang diceritakan oleh pengarang maupun dari dialog antar tokoh
yang diceritakan.
Sesuai
dengan pengarang yang seorang berasal keluarga Katolik jawa dan orang tuanya
seorang petani. Beliau merupakan pengarang yang menganut kebatinan Jawa. Ia
adalah orang Jawa yang bangga akan tradisi nenek moyang. Karena penguasaan dan
kebanggaannya menjadi orang Jawa itulah ia membuat buku ini. Selain itu Linus
Suryadi merupakan pengarang yang unik dan luar biasa. Linus mampu menciptakan
sebuah prosa yang susunannya seperti
puisi. Hal ini merupakan sesuatu yang baru dalam khasanah sastra Indonesia.
Sehingga novel pengakuan pariyem ini disebut juga dengan prosa lirik. Hal inilah yang
membedakan Linus dengan pengarang lainnya.