Kadang yang terlihat tak sama, kadang yang di rasa berbeda, kadang yg d harap tak sejalan :'(
hening memang tapi ini hidupku, tak labih dan tak kurang. :'(
d hening ini kau selau bertanya apa sudah benar dan pada tempatnya semua ini. :'(
atau harus ku lepas semua agar mendapatkan yg pasti
entahlah... :'(
hanya aku dan tuhan yg tau.... :'(
aku tak akan sembunyi lagi dan akan berteriak dan menagis sekuatnya kalau ini memang sakit.
Rabu, 05 Maret 2014
Tugas Jaman Dahulu ALUR DALAM PROSA FIKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Alur
atau plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang
menganggap lebih penting dari unsur fiksi yang lain. Alur mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa
berhubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan
dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Alur
merupakan tulang punggung suatu cerita, yang menuntun kita memahami keseluruhan
cerita dengan segala sebab-akibat di dalamnya. Bila ada bagian yang terlepas
dari pengamatan tentu kita tidak dapat memahami kemunculan peristiwa atau
kejadian yang lain.
Oleh
sebab itu, dalam makalah ini kami berusaha memaparkan tentang apa dan bagaimana
alur itu sendiri. Pemahaman seseorang tentang hakikat alur akan mempermudah
mereka untuk mengidentifikasi cerita yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.
Sebab, kejelasan alur berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti
kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi yang kompleks,
ruwet dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya, menyebabkan
cerita lebih sulit dipahami.
B.
BATASAN
MASALAH
Dalam
makalah ini kami membatasi pembahasan mengenai hakikat alur dan pengaluran;
peristiwa, konflik dan klimaks; kaidah pengaluran; penahapan alur; pembedaan
alur; dan prinsip-prinsip dalam menganalisis alur.
C.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
hakikat alur dan pengaluran?
2. Apakah
yang dimaksud dengan peristiwa, konfliks dan klimaks?
3. Bagaimanakah
kaidah pengaluran?
4. Apa
saja penahapan alur?
5. Bagaimanakah
pembedaan alur?
6. Apa
saja prinsip-prinsip dalam menganalisis alur?
D.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini,
yaitu:
1. Menjelaskan
hakikat alur dan pengaluran.
2. Memaparkan
definisi dan perbedaan peristiwa, konfliks, dan klimaks.
3. Menjelaskan
kaidah pengaluran.
4. Menerangkan
tentang penahapan alur.
5. Memaparkan
pembedaan alur.
6. Menerangkan
prinsip-prinsip dalam menganalisis alur.
E.
MANFAAT
PENULISAN
Melalui
makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui hakikat alur serta fungsi dan
peranannya, sehingga dapat diaplikasikan dalam penulisan karya prosa fiksi maupun
dalam meningkatkan pemahaman membaca karya prosa fiksi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
ALUR DAN PENGALURAN
Alur
atau plot merupakan unsur fiksi yang sangat penting. Stanton (1965 : 14),
mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kajian, namun tiap
kajian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Kenny (1966 : 14),
mengemukakan alur sebagai peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita
yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa
itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Forster (1970 : 93), mengemukakan bahwa
alur adalah peristiwa-peristiwa yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan
kausalitas. Luxemburg (Fananie, 2000 : 93), mengemukakan
bahwa alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan
diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah jalan cerita atau struktur
kejadian dalam cerita. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Alur
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berkaitan satu sama lain. Bagaimana
suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh
digambarkan dan berperan dalam peristiwa tersebut semuanya terikat dalam suatu
kesatuan waktu.
Dalam
hal ini Crane (Fananie, 2001 : 94) berpendapat bahwa, plot tidak hanya dilihat
dari jalannya suatu peristiwa. Lebih jauh perlu juga dianalisis bagaimana
urgensi peristiwa-peristiwa yang muncul tersebut mampu membangun satu tegangan
atau konflik tokohnya. Dengan kata lain, analisis plot tidak hanya dilihat dari
kedudukan satu topik diantara topik-topik yang lain, melainkan harus pula
dikaitkan dengan elemen-elemen lain, seperti karakter pelaku, pemikiran
pengarang yang tercermin dalam tokoh-tokohnya, diksi, maupun proses naratifnya.
Menurut Semi (1990 : 43), alur atau plot adalah
struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interaksi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian seluruh fiksi. Rangkaian
perisitiwa yang dikaitkan dengan perkembangan karakter, pemikiran para tokoh
cerita, persoalan yang dihadapi, dan penyajian susunan peristiwa yang dihadapi,
dan penyajian susunan peristiwa yang dicuatkan pengarang inilah yang akan
menentukan sejauh mana kekuatan sebuah
cerita.
Alur
atau plot sebuah karya fiksi menurut foster (1970 : 94-5), memiliki sifat
misterius dan intelektual, dan alur menampilkan kejadian-kejadian yang
mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca. Sifat
misterius alur tersebut nampaknya tidak berbeda halnya atau kaitannya dengan
pengertian suspense, rasa ingin tahu pembaca, foster juga mengakui bahwa unsur
suspense merupakan suatu hak yang sangat penting dalam alur sebuah karya
naratif. Oleh karena itu alur bersifat misterius. Untuk memahaminya
diperlukakan kemampuan intelektual, tanpa disertai dengan adanya daya
intelektual, menurut foster tak mungkin orang dapat memahami alur dengan baik,
hubungan antara peristiwa,kasus atau berbagai persoalan yang diungkapkan dalam
sebuah karya karena belum tentu ditujukan secara eksplisit dan langsung oleh
pengarang.
B.
PERISTIWA,
KONFLIK DAN KLIMAKS
Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur
yang amat esensial dalam pengembangan sebuah alur cerita. Eksistensi alur atau
plot sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut.
1. Peristiwa
Peristiwa
dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain
(Lexumburg dll, 1992 : 150). Peristiwa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:
a. Peristiwa
fungsional, yaitu peristiwa yang mempengaruhi pengembangan alur atau plot.
b. Peristiwa
kaitan, yaitu peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa
yang penting dalam pengurutan penyajian cerita.
c. Peristiwa
acuan, yaitu peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh atau berhubungan dengan
perkembangan plot, melainkan mengacu kepada unsur-unsur lain, misalnya
berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin
seorang tokoh.
2. Konflik
Konflik
(conflict) yang notabane adalah kejadian yang tergolong penting
(jadi, ia berupa peristiwa fungsional, utama atau karnel), merupakan unsur yang
esensial dalam pengembangan plot. Konflik adalah suatu yang dramatik mengacu
pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balas
(Wellek and Wairen, 1988 : 285). Konflik dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Konflik
eksternal atau konflik fisik, yaitu konflik yang terjadi antara seseorang tokoh
dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam ataupun dengan
lingkungan manusia. Seperti konflik fisik dan konflik sosial.
b. Konflik
internal atau konflik batin, yaitu konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa
seseorang tokoh sebuah cerita.
Akhirnya
perlu ditegaskan bahwa kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling
menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain dan dapat terjadi secara
bersamaan. Artinya konflik-konflik tersebut dapat terjadi dan dialami oleh
seseorang pada cerita dalam waktu yang bersamaan, walau tingkat intensitasnya
mungkin saja tidak sama.
3. Klimaks
Konflik
dan klimaks merupakan hal yang penting dalam struktur plot karena keduanya
merupakan unsur plot pada karya fiksi. Klimaks, menurut Staton (1965 : 16)
adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan saat hal
itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kehadirannya, artinya
berdasarkan tututan dan kelogisan cerita, peristiwa saat itu harus terjadi dan
tidak boleh tidak. Klimaks sangat menentukan (arah) perkembangan plot, klimaks
memang mungkin tidak bersifat spektakuler.
C.
KAIDAH
PENGALURAN (PEMPLOTAN)
Kaidah-kaidah
pengaluran yang dimaksud meliputi masalah plausibilitas (plausibility),
adanya unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan
kepaduan (unity) (Kenny, 1966 : 19-22).
1. Plausibilitas (masalah)
Plausibilitas
mengarah pada pengertian sesuatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan cerita.
Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibilitas jika tokoh-tokoh, cerita
dan dunia dapat diimajinasi (imaginable).
2. Suspense
(rasa ingin tahu)
Sebuah
cerita cerita yang baik harus mampu membangkitkan suspense pembacanya. Salah
satu caara untuk membangkitkan suspense sebuah cerita adalah menampilkan apa
yang disebut foreshadowing atau penampilan peristiwa tertentu yang bersifat mendahului namun
biasanya ditampilkan secara tak langsung terhadap peistiwa yang penting yang
akan dikemukakan kemudian.
3. Surprise
(kejutan)
Sebuah cerita cerita yang baik selain harus mampu
membangkitkan suspense pembaca juga mampu menciptakan surprise pada pembacanya.
Alur sebuah karya fiksi dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang
dikisahkan atau kejadiankejadian yang ditampilkan menyimpang atau bertentangan
harapan kita sebagai pembaca (Abams, 1981 : 138).
4. Unity
(kesatupaduan)
Kesatupaduan
mengarah pada pengertian bahwa berbagai unsure yang ditampilkan, kususnya
peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan acuan, yang mengandung konflik atau
seluruh pengalaman hidup yang hendak dikomunikasikan, memiliki keterkaitan
sesuatu dengan yang lain, masalah kesatupaduan ini bukan merupakan suatu hal
yang sulit untuk dipenuhi dalam karya-karya yang berbentuk cerpen atau cerita
pendek, karya fiksi sebuah karya yang direncanakan, disiasat, dikreasi, dan
diorganisasikan sedemikian rupa dengan sengaja sehingga keseluruhan aspek yang
dilahirkan dapat saling berhubungan secara koherensif.
D.
PENAHAPAN
ALUR
Secara teoretis alur dapat diurutkan dan dikembangkan
ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun, dalam praktiknya dalam
langkah “operasional” yang dilakukan pengarang tidak selamanya tunduk pada
teoretis-kronologis tahap-tahap pengembangan atau lengkapnya struktur alur,
dikemukakan sebagai berikut :
1. Tahap
alur awal-tengah-akhir
Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita,
Aristoteles mengumumkan bahwa alur harus terdiri dari tahap awal (beginning),
tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end)
(Abrams, 1981 : 138).
a. Tahap
awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan. Fungsi pokok dari tahap
awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya
khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan penokohan.
b. Tahap
tengah cerita dapat disebut dengan tahap pertikaian. Konflik yang dikisahkan
seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat berupa konflik internal, dan
konflik eksternal. Pada tahap tengah ini klimaks ditampilkan, yaitu ketika
konflik utama telah mencapai titik intensitas tertinggi.
c. Tahap
akhir sebuah cerita atau bisa disebut akibat klimaks. Dalam teori klasik yang
berasal dari aristoteles penyelesaian cerita dibedakan kedalam dua macam
kemungkinan, yaitu kebahagiaan (happy end), dan kesedihan (sad end)
2. Tahapan
alur
Dalam Mochtar Lubis (1978:10) mungkin mendasar dari pada pendapat RichardSummer, yaitu membedakan tahap alur menjadi lima bagian. Kelima tahap itu
adalah sebagai berikut :
a. Tahap situation atau tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
b. Tahap genering
circumstances atau tahap peningkatan konflik,
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa menyulut mulai dimunculkan. Jadi tahap
ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan
berkembang.
c. Tahap rising
action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.
d. Tahap climax, konflik dan pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan
atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
e. Tahap denouement atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks
diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.
3. Diagram
struktur plot
Diagram struktur pemplotan yang dimaksud biasanya,
didasarkan pada urutan kejadian atau konflik secara kronologis. Jadi diagram
itu sebenarnya lebih menggambarkan struktur alur jenis progresif, konvensional,
dan teoretis.
E.
PEMBEDAAN
ALUR
1. Perbedaan
alur berdasarkan kriteria urutan waktu.
Secara
teoretis kita dapat membedakan plot ke dalam dua kategori : kronologis dan tak
kronologis.
a. Kronologis
Disebut
sebagai plot lurus, maju atau dapat juga dinamakan progresif. Plot dikatakan
kronologis jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis,
peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa kemudian. Secara runtut, cerita dimulai dari tahap awal
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konfliks), tengah (konflik meningkat,
klimaks), dan akhir (penyelesaian).
b. Tak
Kronologis
Dinamakan
sorot-balik, mundur, flash-back atau regresif. Urutan kejadian yang dikisahkan
dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak
dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah bahkan tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
Barangkali tidak ada novel yang
secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Oleh karena
itu dikenal plot campuran. Pengkategorian plot sebuah karya fiksi ke dalam
progresif atau flashback didasarkan kepada mana yang lebih menonjol. Hal itu
disebabkan sebuah fiksi akan mengandung keduanya atau plot campuran.
2. Pembedaan
alur berdasarkan kriteria jumlah
Kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot
cerita yang terdapat dalam sebuah karya fiksi, berdasarkan hal tersebut plot
dibedakan menjadi plot tunggal dan plot sub-subplot.
a. Plot
Tunggal
Karya
fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan
menampilkan seorang tokoh utama protagonis sebagai hero.
b. Plot
Sub-subplot
Sebuah
karya fiksi dapat memiliki lebih dari
satu alur cerita yang dikisahkan atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang
dikisahkan perjalanan hidupnya . Struktur plot demikian berupa adanya sebuah
plot utama (main plot) dan plot-plot tambahan (sub-subplot).
3. Pembedaan
plot berdasarkan kriteria kepadatan
Dengan kriteria kepadatan dimaksudkan sebagai padat
atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi.
Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung susul menyusul
secara cepat , mungkin juga sebaliknya. Keadaan pertama digolongkan sebagai
karya berplot padat, rapat sedang yang kedua berplot renggang.
a. Plot Padat
Cerita disajikan secara cepat, peristiwa-peristiwa fungsional terjadi susul
menyusul dengan cepat, hubungan antarperistiwa juga tercalin secara erat dan pembaca seolah-olah dipaksa untuk terus
mengikuti.
b. Plot Longgar
Pergantian peristiwa dengan peristiwa penting, berlangsung lambat disamping
hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat. Peristiwa penting yang satu
dengan yang lain diselai oleh berbagai peristiwa “tambahan” atau berbagai
pelukisan tertentu seperti penyituasian latar dan suasana yang kesemuanya dapat
memperlambat ketegangan cerita.
4. Pembedaan
plot berdasarkan kriteria isi
Friedman (dalam Stevick, 1967: 157-165) membedakan
plot jenis ini ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot of
fortune), plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of
thought).
a. Plot
peruntungan
Berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan, yang
menimpa tokoh utama cerita yang bersangkutan. Plot peruntungan dibedakan
menjadi : (1) plot gerak (action plot), (2) plot sedih (pathetic plot), (3)
plot tragis (tragic plot), (4) plot penghukuman (punitive plot), (5) plot
sentimental (sentimental plot), dan (6) plot kekaguman (admiration plot).
b. Plot tokohan
Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh menjadi
fokus perhatian. Plot tokohan dibedakan ke dalam (1) plot kedewasaan (maturing
plot), (2) plot pembentukan (reform plot), (3) plot pengujian (testing plot),
dan (4) plot kemunduran (degeneration plot).
c. Plot
pemikiran
Plot pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran,
keinginaan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan hal lain yang menjadi masalah
hidup dan kehidupan manusia. Friedman membedakan plot ini ke dalam, (1) plot
pendidikan (education plot), (2) plot pembukaan rahasia (reve lation plot), (3)
plot afektif (affective plot), dan plot kekecewaan (disillusionment plot).
F.
PRINSIP-PRINSIP
DALAM MENGANALISIS ALUR
Ada
tujuh prinsip dalam menganalisis alur karya fiksi. Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992 : 49) ketujuh prinsip
penganalisisan alur tersebut adalah:
1. Bagian
unsur dalam alur adalah satuan peristiwa. Setiap satuan peristiwa
menginformasikan tentang pelaku tindakan tempat dan waktu.
2. Pelaku
dalam satuan peristiwa dapat lebih dari satu orang, sehingga pelaku
memungkinkan terdiri atas beberapa tokoh.
3. Peristiwa
dalam fiksi tidak hanya terdiri atas satuan yang setara atau setingkat.
4. Satuan peristiwa yang lebih rendah di samping sebagaimana batasan
peristiwa di atas, dapat pula hanya memberitahukantentang pelaku dan keadaan
saja.
5. Setiap
satuan peristiwa tidaklah terdiri sendiri, ia saling berhubungan dengan satuan
peristiwa lain.
6. Dalam
proses penganalisisan penyusunan peristiwa menjadi hubungan kronologis atau
kualitas yang diperlukan untuk pemahaman masalah fiksi.
7. Satuan
peristiwa ada kemungkinan mempunyai persamaan dengan satuan peristiwa lain.
BAB III
INTERPRETASI
A. INTERPRETASI
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa plot
merupakan unsur penting dalam sebuah fiksi. Sebuah cerita, bagus atau tidaknya,
sulit atau mudah dimengerti, kesemuanya tergantung kepada bagaimana
pengalurannya. Untuk itu penulis memberikan penilaian tentang bagaimana plot
atau alur yang baik dalam sebuah karangan fiksi. Untuk mengetahui baik tidaknya
alur sebuah fiksi, dapat dilihat dari :
a. Apakah tiap
peristiwa susul-menyusul secara logis dan alamiah?
b. Apakah tiap
pergantian peristiwa sudah cukup tergambar atau dimatangkan dalam peristiwa
sebelumnya?
c. Apakah
peristiwa itu terjadi secara kebetulan atau dengan alasan yang masuk akal atau
dapat dipahami kehadirannya?
Dengan
mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan tersebut kita dapat menentukan apakah alur
dari sebuah cerita sudah baik atau tidak.
B.
KESIMPULAN
Salah
satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerita, plot
sering disebut dengan istilah alur. Dalam pengertiannya yang paling umum, plot atau alur
sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam
cerita (Sundari, dalam Fananie, 2000:93).
Seorang pengarang dalam
menggerakkan cerita tentu dengan jalan mengalirkan kisah itu melalui peristiwa
demi peristiwa, sehingga jalan cerita dapat dimengerti oleh pembacanya. Jalan
cerita tersebut layaknya disebut alur. Esten (1984:27) mengatakan: “Alur adalah
urutan (sambung-sinambung) peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita rekaan.”
Aminuddin (1987:83)
mengatakan: “Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pengarang
dalam suatu cerita.“ Peristiwa-peristiwa dalam alur selalu disusun secara
logis, seperti yang dikemukakan Sujiman (1988:30) peristiwa dalam cerita
disusun di antaranya: alur linier atau tersusun, menyajikan rentetan
peristiwanya secara temporal.
C. SARAN
Untuk
menulis sebuah karangan fiksi, seseorang harus mengetahui peranan alur dalam
membangun cerita fiksi tersebut. Alur dalam fiksi dapat berjalan dengan
kecepatan yang berubah, dan arahnya dibalik sesuai kemauan penulis asalkan
setiap peristiwa berjalan susul-menyusul secara logis dan alamiah. Selain itu, pemulis
juga harus menghindari peristiwa-peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan
tidak masuk akal.
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR
ISI .......................................................................................... i
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Batasan Masalah ............................................................ 2
C. Rumusan Masalah ......................................................... 2
D. Tujuan
Penulisan......................................................... 2
E. Manfaat Penulisan........................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hakikat
Alur dan Pengaluran....................................... 4
B. Peristiwa,
Konflik dan Klimaks..................................... 6
C. Kaidah
Pengaluran........................................................ 8
D. Penahapan
Alur.............................................................. 9
E.
Pembedaan Alur............................................................. 11
F.
Prinsip-prinsip dalam Menganalisis Alur..................... 15
BAB
III PENUTUP
A. Interpretasi........................................................................ 16
B. Kesimpulan...................................................................... 16
C. Saran................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP
Press.
Luxemburg, Jan van,
dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra.
Jakarta: Gramedia.
Muhardi dan
Hasanuddin WS. 2006. Prosedur Analisis
Fiksi: Kajian Strukturalisme. Padang : Citra Budaya.
Nurgiyantoro, Burhan.
1995. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: UGM Press.
Semi, Atar. 1984. Anatomi Sastra. Padang: Sridharma.
Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Hendry
Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar
Sastra. Bandung: Angkasa.
ALUR DALAM PROSA FIKSI
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas perkuliahan Telaah Prosa
Yang dibina
oleh Dr. Abdurahman, M. Pd
KELOMPOK I
ARFIKA DIANA 18175/2010
BOY ARYA PUTRA 18149/2010
INONG ELISTIA 54445/2010
ISRAK AL QADRI 18145/2010
Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas
Bahasa dan Seni
Universitas
Negeri Padang
2012
Langganan:
Postingan (Atom)